Kamis, 18 Juni 2015

ulasan ringkas dan lengkap mengenai sejarah hidup atau biografi Presiden SOEKARNO

Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan nama
Koesno Sosrodihardjo oleh orangtuanya. Namun
karena ia sering sakit maka ketika berumur lima
tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh
ayahnya. Nama tersebut diambil dari seorang
panglima perang dalam kisah Bharata Yudha
yaitu Karna. Nama "Karna" menjadi "Karno"
karena dalam bahasa Jawa huruf "a" berubah
menjadi "o" sedangkan awalan "su" memiliki
arti "baik".

Di kemudian hari ketika menjadi presiden, ejaan
nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi
Sukarno karena menurutnya nama tersebut
menggunakan ejaan penjajah (Belanda). Ia tetap
menggunakan nama Soekarno dalam tanda
tangannya karena tanda tangan tersebut adalah
tanda tangan yang tercantum dalam Teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak
boleh diubah. Sebutan akrab untuk Soekarno
adalah Bung Karno. Namun, di beberapa
negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang
ditulis Achmed Soekarno.

Ir Soekarno adalah Presiden Indonesia pertama
yang menjabat pada periode 1945–1966. Ia
memainkan peranan penting untuk
memerdekakan bangsa Indonesia dari
penjajahan Belanda. Ia adalah Proklamator
Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan
Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17
Agustus 1945. Soekarno adalah yang pertama
kali mencetuskan konsep mengenai Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia dan ia sendiri
yang menamainya.

Soekarno atau yang biasa dipanggil Bung Karno
lahir di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 6
Juni 1901 dari pasangan Raden Soekemi
Sosrodihardjo dengan Ida Ayu Nyoman Rai.
Ayah Soekarno adalah seorang guru. Raden
Soekemi bertemu dengan Ida Ayu ketika dia
mengajar di Sekolah Dasar Pribumi Singaraja,
Bali.

Soekarno hanya menghabiskan sedikit masa
kecilnya dengan orangtuanya hingga akhirnya
dia tinggal bersama kakeknya, Raden
Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.
Soekarno pertama kali bersekolah di Tulung
Agung hingga akhirnya dia ikut kedua
orangtuanya pindah ke Mojokerto.

Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno ke
Eerste Inlandse School. Di tahun 1911,
Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere
School (ELS) untuk memudahkannya diterima di
Hoogere Burger School (HBS).

Setelah lulus pada tahun 1915, Sukarno
melanjutkan pendidikannya di HBS, Surabaya,
Jawa Timur. Di Surabaya, Soekarno banyak
bertemu dengan para tokoh dari Sarekat Islam,
organisasi yang kala itu dipimpin oleh HOS
Tjokroaminoto yang juga memberi tumpangan
ketika Soekarno tinggal di Surabaya.

Dari sinilah, rasa nasionalisme dari dalam diri
Soekarno terus menggelora. Di tahun
berikutnya, Soekarno mulai aktif dalam kegiatan
organisasi pemuda Tri Koro Darmo yang
dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo.
Nama organisasi tersebut kemudian Soekarno
ganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada
1918.

Di tahun 1920 seusai tamat dari HBS, Soekarno
melanjutkan studinya ke Technische Hoge
School (sekarang berganti nama menjadi Institut
Teknologi Bandung) di Bandung dan mengambil
jurusan teknik sipil.

Saat bersekolah di Bandung, Soekarno tinggal
di kediaman Haji Sanusi yang merupakan
anggota Sarekat Islam dan sahabat karib
Tjokroaminoto. Melalui Haji Sanusi, Soekarno
berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto
Mangunkusumo dan Dr Douwes Dekker, yang
saat itu merupakan pemimpin organisasi
National Indische Partij.

Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan
Algemene Studie Club di Bandung yang
diinspirasi dari Indonesische Studie Club
(dipimpin oleh Dr Soetomo). Algemene Studie
Club merupakan cikal bakal berdirinya Partai
Nasional Indonesia pada tahun 1927.

Bulan Desember 1929, Soekarno ditangkap oleh
Belanda dan dipenjara di Penjara Banceuy
karena aktivitasnya di PNI. Pada tahun 1930,
Soekarno dipindahkan ke penjara Sukamiskin.
Dari dalam penjara inilah, Soekarno membuat
pledoi yang fenomenal, Indonesia Menggugat.
Soekarno dibebaskan pada tanggal 31
Desember 1931. Pada bulan Juli 1932,
Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia
(Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI.
Soekarno kembali ditangkap oleh Belanda pada
bulan Agustus 1933 dan diasingkan ke Flores.
Karena jauhnya tempat pengasingan, Soekarno
hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional
lainnya.

Namun semangat Soekarno tetap membara
seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada
seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad
Hasan. Pada tahun 1938 hingga tahun 1942
Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu.
Soekarno baru benar-benar bebas setelah masa
penjajahan Jepang pada tahun 1942.

Di awal kependudukannya, Jepang tidak terlalu
memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan
Indonesia hingga akhirnya sekitar tahun 1943
Jepang menyadari betapa pentingnya para
tokoh ini. Jepang mulai memanfaatkan tokoh
pergerakan Indonesia dimana salah satunya
adalah Soekarno untuk menarik perhatian
penduduk Indonesia terhadap propaganda
Jepang.

Akhirnya tokoh-tokoh nasional ini mulai
bekerjasama dengan pemerintah pendudukan
Jepang untuk dapat mencapai kemerdekaan
Indonesia, meski ada pula yang tetap
melakukan gerakan perlawanan seperti Sutan
Sjahrir dan Amir Sjarifuddin karena
menganggap Jepang adalah fasis yang
berbahaya.

Soekarno sendiri mulai aktif mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah
merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar-
dasar pemerintahan Indonesia termasuk
merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan.
Pada bulan Agustus 1945, Soekarno diundang
oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan
Darat wilayah Asia Tenggara ke Dalat, Vietnam.
Marsekal Terauchi menyatakan bahwa sudah
saatnya Indonesia merdekan dan segala urusan
proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah
tanggung jawab rakyat Indonesia sendiri.
Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat,
Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok
pada tanggal 16 Agustus 1945. Para tokoh
pemuda dari PETA menuntut agar Soekarno dan
Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan
Republik Indonesia, karena pada saat itu di
Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan.
Ini disebabkan karena Jepang telah menyerah
dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun
Soekarno, Hatta dan beberapa tokoh lainnya
menolak tuntutan ini dengan alasan menunggu
kejelasan mengenai penyerahan Jepang.
Pada akhirnya,Soekarno bersama tokoh-tokoh
nasional lainnya mulai mempersiapkan diri
menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia. Berdasarkan sidang yang diadakan
oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) panitia kecil
untuk upacara proklamasi yang terdiri dari
delapan orang resmi dibentuk.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia
memplokamirkan kemerdekaannya. Teks
proklamasi secara langsung dibacakan oleh
Soekarno yang semenjak pagi telah memenuhi
halaman rumahnya di Jl Pegangsaan Timur 56,
Jakarta.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan
Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi
Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945
pengangkatan Presiden Soekarno dan Wakil
Presiden Mohammad Hatta dikukuhkan oleh
KNIP.

Kemerdekaan yang telah didapatkan ini tidak
langsung bisa dinikmati karena di tahun-tahun
berikutnya masih ada sekutu yang secara
terang-terangan tidak mengakui kemerdekaan
Indonesia dan bahkan berusaha untuk kembali
menjajah Indonesia.

Gencaran senjata dari pihak sekutu tak lantas
membuat rakyat Indonesia menyerah, seperti
yang terjadi di Surabaya ketika pasukan
Belanda yang dipimpin oleh Brigadir Jendral
A.W.S Mallaby berusaha untuk kembali
menyerang Indonesia.

Rakyat Indonesia di Surabaya dengan gigihnya
terus berjuang untuk tetap mempertahankan
kemerdekaan hingga akhirnya Brigadir Jendral
AWS Mallaby tewas dan pemerintah Belanda
menarik pasukannya kembali. Perang seperti ini
tidak hanya terjadi di Surabaya tapi juga hampir
di setiap kota.

Republik Indonesia secara resmi mengadukan
agresi militer Belanda ke PBB karena agresi
militer tersebut dinilai telah melanggar suatu
perjanjian Internasional, yaitu Persetujuan
Linggarjati.

Walaupun telah dilaporkan ke PBB, Belanda
tetap saja melakukan agresinya. Atas
permintaan India dan Australia, pada 31 Juli
1947 masalah agresi militer yang dilancarkan
Belanda dimasukkan ke dalam agenda rapat
Dewan Keamanan PBB, di mana kemudian
dikeluarkan Resolusi No 27 tanggal 1 Agustus
1947, yang isinya menyerukan agar konflik
bersenjata dihentikan.

Atas tekanan Dewan Keamanan PBB, pada
tanggal 15 Agustus 1947, Pemerintah Belanda
akhirnya menyatakan akan menerima resolusi
Dewan Keamanan untuk menghentikan
pertempuran.

Pada 17 Agustus 1947, Pemerintah Republik
Indonesia dan Pemerintah Belanda menerima
Resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan
gencatan senjata dan pada 25 Agustus 1947
Dewan Keamanan membentuk suatu komite
yang akan menjadi penengah konflik antara
Indonesia dan Belanda.

Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah
Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan
Kedaulatan), Presiden Soekarno kembali
diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia
Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat
sebagai perdana menteri RIS.

Karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia
yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka
pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali
diubah menjadi Republik Indonesia dimana Ir
Soekarno menjadi Presiden dan Mohammad
Hatta menjadi wakilnya.

Pemberontakan G30S/PKI melahirkan krisis
politik hebat di Indonesia. Massa dari KAMI
(Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI
(Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan
aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri
Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya
meminta agar PKI dibubarkan.

Namun, Soekarno menolak untuk membubarkan
PKI karena menilai bahwa tindakan tersebut
bertentangan dengan pandangan Nasakom
(Nasionalisme, Agama, Komunisme).

Sikap Soekarno yang menolak membubarkan
PKI kemudian melemahkan posisinya dalam
politik. Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah
Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar)
yang ditandatangani oleh Soekarno dimana
isinya merupakan perintah kepada Letnan
Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan
yang perlu guna menjaga keamanan
pemerintahan dan keselamatan pribadi
presiden.

Surat tersebut lalu digunakan oleh Soeharto
yang telah diangkat menjadi Panglima Angkatan
Darat untuk membubarkan PKI dan
menyatakannya sebagai organisasi terlarang.
MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya,
yaitu TAP No IX/1966 tentang pengukuhan
Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No
XV/1966 yang memberikan jaminan kepada
Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk
setiap saat bisa menjadi presiden apabila
presiden sebelumnya berhalangan.

Pada 22 Juni 1966, Soekarno membacakan
pidato pertanggungjawabannya mengenai
sikapnya terhadap peristiwa G30S. Pidato
pertanggungjawaban ini ditolak oleh MPRS
hingga akhirnya pada 20 Februari 1967
Soekarno menandatangani Surat Pernyataan
Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka.

Hari Minggu, 21 Juni 1970 Presiden Soekarno
meninggal dunia di RSPAD (Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta.
Presiden Soekarno disemayamkan di Wisma
Yaso, Jakarta dan kemudian dimakamkan di
Blitar, Jawa Timur berdekatan dengan makam
ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah
kemudian menetapkan masa berkabung selama
tujuh hari.

Ir Soekarno adalah seorang sosok pahlawan
yang sejati. Dia tidak hanya diakui berjasa bagi
bangsanya sendiri tapi juga memberikan
pengabdiannya untuk kedamaian di dunia.
Semua sepakat bahwa Ir Soekarno adalah
seorang manusia yang tidak biasa yang belum
tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu
abad. Ir Soekarno adalah bapak bangsa yang
tidak akan tergantikan.

Tidak ada komentar: